Earth Hour adalah kegiatan mematikan listrik selama satu jam setiap minggu terakhir pada bulan Maret guna meningkatkan kesadaran pentingnya penghematan energi dan langkah nyata menangani perubahan iklim. Kegiatan ini pertama kali dirayakan di Sydney, Australia.

Sebanyak 2,2 juta warga Sydney mematikan lampu selama satu jam untuk menurunkan emisi gas rumah kaca pada 2007.
Saat ini, lebih dari 100 negara terlibat perayaan Earth Hour. Di Indonesia, perayaan tahun ini adalah yang keempat kali dilakukan. Jumlah kota yang terlibat perayaan juga bertambah dari, mulai dari 7 kota menjadi 26 kota.
Direktur Program Energi dan Iklim WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga mengatakan, Earth Hour di Indonesia menanamkan kesadaran pentingnya hemat energi dan pilihan gaya hidup ramah lingkungan. Jika tahun lalu Earth Hour bertema "60+", setelah satu jam jadikan gaya hidup, maka perayaan Earth Hour kali ini bertema "Ini Aksiku! Mana Aksimu".
Beberapa komunitas di Jakarta bakal ikut serta merayakan Earth Hour ini, di antaranya Koalisi Indonesia Hijau, Bekasi Berkebun, serta Komunitas Ciliwung Condet. Pemerintah Kota Jakarta pun menunjukkan dukungannya melalui pemadaman lampu yang menjadi ikon Jakarta, seperti Monumen Nasional, Bundaran Hotel Indonesia, Balaikota Provinsi DKI Jakarta, serta Patung Pemuda.
Maka dari itu, kini saatnya dukungan masyarakat ditunggu untuk meramaikan Earth Hour dengan mematikan lampu dan peralatan listrik yang tak perlu. Seluruh masyarakat bisa saling mengomunikasikan tentang perlunya hemat energi dan melanjutkannya menjadi sebuah langkah nyata. Di Jakarta saja, mematikan lampu satu jam bisa menghemat 170 megawatt listrik atau setara 151 ton gas rumah kaca. Jumlah itu bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan di daerah lain yang memerlukan.